Disini Belanda, Disitu Ada “Onthel”….

Pernah mendengar istilah “onthel”?

“Onthel” bukanlah “Onta”, walaupun mereka sama-sama ditunggangi. Kalian yang hobi bersepeda tentu tak asing lagi dengan istilah ini. Apalagi sekarang istilah “ngontel” sudah menjadi trend nama komunitas sepeda di banyak kota negeri ini bahkan tak jarang menjadi sebuah ikon untuk “menggembor-gemborkan” budaya bersepeda di kota-kota besar yang sedang dilanda problem klasik yaitu kemacetan jalan karena dua sebab, kapasitas jalan dan  moda transportasi, sebutan rumus fisikanya hubungan mereka “berbanding lurus” tapi sayang jumlah moda transportasi kendaraan bermotor makin lama makin unlimited. “Ngonthel” berarti bersepeda, asal katanya “onthel” yakni sebutan jenis sepeda tua. Istilah “onthel” ini sudah dikenal pada zaman Belanda dulu, aku sering mendengarnya dari kakek bahkan dia tak kenal sepeda tapi “onthel”. Mereka sudah mengenalkan budaya “ngonthel” ini dan sampai sekarang warisan sepeda “onthel” ini masih tetap eksis, menjadi barang antik dan tak jarang mereka membentuk komunitas “onthel”.

Bersepeda merupakan salah satu solusi untuk mengatasi problem kemacetan, sudah murah, menyehatkan, non polusi tak jarang view menarik dapat kamu dapatkan. Bagaimana tidak, meledaknya populasi sepeda motor bak populasi serangga “tomcat” yang meningkat tajam tiap tahunnya bisa-bisa jadi monster bila tak tertangani dengan baik. Dilangsir dari situs suara merdeka.com (7 Januari 2012) menyebutkan jumlah sepeda motor pada tahun 2011 sudah mencapai 80 juta unit, setara dengan 1:3 dari populasi penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa. Wow…jumlah yang fantastis.

Sungguh berbanding terbalik 180 derajat dengan negeri kincir angin ini. Budaya “ngontel” di Belanda sudah ada sejak tahun 1800-an. Hampir seluruh masyarakatnya menggunakan sepeda untuk melakukan aktivitasnya dan tetap eksis hingga kini. Berdasarkan situs lokal menyebutkan bahwa 62% perjalanan negeri itu dilakukan dengan bersepeda, siapapun tak kenal golongan tak kenal pangkat. Bahkan, rata-rata jarak tempuh per orang dengan bersepeda per hari mencapai 2,5 km. Dari situs lain menyebutkan kalau paparan angka perkapita jumlah sepeda dibanding jumlah penduduk menyebutkan jumlah sepeda mencapai ~99,1% dari total penduduknya yang mencapai 16,6 Juta orang. Hal ini menempatkan Belanda sebagai negara “penggila” sepeda terbesar di dunia yang disusul Denmark dan Jerman. Tentu saja hal ini membantu masyarakat disana menjaga kesehatannya. Bahkan sudah menjadi trend dan kebiasaan rutin, jadi tak usah heran jikalau ada lelaki atau perempuan memakai bajustylist dan modist masa kini begitu nyaman bersepeda tanpa ada rasa gengsi. Padahal sepeda yang mereka pakai masih sangat sederhana, mirip “onthel” sepeda-sepeda tua di negeri kita. Budaya “ngonthel” juga sebagai langkah inovasi Pemerintah Belanda untuk mengatasi kemacetan. Pemerintah Belanda sangat mendukung budaya bersepeda ini yaitu dengan dibangunnya fasilitas-fasilitas pengguna sepeda seperti jalur khusus sepeda, parkir sepeda yang luas dan free no pay, rambu-rambu, semua fasilitas terawat dengan baik. Tak khayal Belanda menyabet gelar one of the Best Country in the World to Live ( Dutch Daily News) sebagai negara yang bersih dan bebas polusi.

Ngonthel di Belanda

Ungkapan “Disini Belanda, Disitu ada onthel” memang sebutan yang matching. Indonesia harus melirik budaya “ngonthel” di Belanda yang notabene negara maju dan memiliki alat-alat transportasi canggih tetapi bukan berarti masyarakatnya menghambur-hamburkan energi alam. Yuk..“ngonthel”? Kapan lagi “ngonthel” kaya di Belanda…

Sources :

http://sahabat-sepeda.blogspot.com/

http://kompetiblog2011.studidibelanda.com

http://suaramerdeka.com/

http://www.dutchdailynews.com/